RAGAM RBCOM - Derasnya hujan yang membasahi Pangandaran sejak Sabtu sore (15/11/2025) rupanya tidak mampu meredam semangat masyarakat untuk menikmati rangkaian pertunjukan budaya terbesar tahun ini.
Lapangan Emerson Grand Pangandaran justru semakin sesak menjelang malam, saat ribuan warga berkumpul demi menyaksikan kembalinya Coklat Kita Napak Jagat Pasundan (NJP) yang telah dua tahun tak hadir dalam skala besar.
Begitu lampu panggung dinyalakan, suasana berubah seketika. Cahaya 50 ribu watt berpadu dengan gemuruh musik tradisional menciptakan atmosfer megah yang jarang terlihat dalam pertunjukan terbuka di Jawa Barat.
Pada panggung utama berukuran 12 x 16 meter dengan lidah panggung 5 x 12 meter, sebanyak 369 seniman dan penari dari sanggar dan paguron di 15 kota/kabupaten tampil silih berganti membawa cerita dalam tema besar “Ngaruat Jagat”—sebuah konsep yang mengajak manusia kembali merawat dan menghargai alam semesta.
Yuk gabung channel whatsapp REPUBLIKBOBOTOH.COM untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Persib, Bobotoh, Liga 1, dan ragam berita menarik lainnya seputar Bandung Raya. Klik di sini (JOIN)
Gerakan para penari membawa penonton seolah memasuki jagat lain: dari ritual penyucian bumi, perjalanan manusia menjaga keseimbangan alam, hingga kisah simbolis tentang harmoni kehidupan.
Setiap penampilan disusun layaknya teater visual lengkap dengan kostum khas, musik hidup, dan koreografi lintas sanggar. Penonton tak henti-henti memberikan tepuk tangan ketika tiap adegan berubah dan menghadirkan nuansa baru.
Tak hanya penampilan tari, malam itu penonton juga disuguhi aksi panggung para seniman Jawa Barat yang sudah lama dikenal publik: Doel Sumbang, Bungsu Bandung, Ega Robot Ethnic Percussion, Uing Ohang, Aep Bancet, hingga Dalang Bhatara Sena Sunandar.
Mereka tampil sebagai rangkaian harmoni antara musik modern, tradisional, humor, serta seni pedalangan.
NJP Kembali Menggema Setelah Dua Tahun Vakum
Perwakilan Coklat Kita, Michael Simbar atau Jack, menegaskan bahwa absennya NJP dalam format besar bukan berarti kegiatan budaya terhenti.
“Memang sudah cukup lama ya NJP ini tidak berjalan, tapi bukan berarti kita tidak ada aktivitas yang berkaitan dengan budaya atau yang melibatkan sanggar-sanggar. Kita tetap jalan aktivitas itu, karena ini kan bentuk apresiasi juga dari kita, dari Coklat Kita untuk sanggar-sanggar yang ada,” ujarnya.
Jack menyebut kembalinya NJP di tahun ini menjadi tanda bahwa berbagai sanggar yang terlibat kembali digerakkan bersama.
“Hal itu kita lakukan karena kita tahu Coklat Kita besar salah satunya karena para seniman dan para pupuhu yang ada di Jawa Barat,” katanya.
Proses Kreatif yang Panjang dan Mendalam
Dari pihak Six Creative Communication (6CC), Yoga memaparkan bahwa gelaran NJP tahun ini melalui tahap kurasi yang lebih mendalam. Tim bahkan mendatangi sanggar satu per satu untuk menggali potensi dan karakter mereka.
“Jadi, kita melakukan dahulu adalah silaturahmi dengan para sanggar dan paguron, kita gali mereka potensinya seperti apa… tujuan akhirnya adalah memilih mereka yang kita bawa di pagelaran Coklat Kita Napak Jagat Pasundan di Pangandaran ini,” bebernya.
Karena bertepatan dengan Milangkala Pangandaran ke-13, para Duta NJP serta seniman diarahkan untuk meracik garapan yang menonjolkan identitas Pangandaran—dari alam, budaya, hingga sejarahnya.
“Ini bukti bahwa sesama seniman mereka saling dukung, mereka saling support bahwa tidak ada pembeda bahwa kita sama… ayo majukan Jawa Barat,” tegasnya.
Doel Sumbang: Lagu, Laut, dan Kenangan di Pangandaran
Puncak malam terjadi saat Doel Sumbang naik ke panggung. Sorak penonton menggema, seolah menegaskan kerinduan mereka pada musisi yang lagu-lagunya banyak lahir dari tanah Pangandaran.
“Salah satu tempat wisata favorit saya adalah Pangandaran… banyak banget lagu yang dilahirkan di sini sebenarnya,” katanya.
Doel mengaku NJP adalah salah satu acara budaya yang paling ia nantikan setiap tahunnya.
“Panggung bagus, lampu bagus, sound system bagus dan kebetulan lokasinya juga berada di lokasi favorit saya,” pungkasnya.
Harapan Menjadi Agenda Tahunan
Bupati Pangandaran, Citra Pitriyami, menyampaikan apresiasi mendalam terhadap seluruh pihak yang terlibat, khususnya para seniman yang dengan sepenuh hati menjaga budaya daerah.
“Terimakasih untuk para seniman dan budayawan yang sudah kerja keras melestarikan dan menjaga budaya yang kita miliki. Mudah-mudahan kegiatan ini bisa menjadi agenda tahunan Pangandaran kedepannya,” ujarnya.
Gelaran NJP malam itu bukan hanya sekadar pertunjukan; ia menjadi ruang pertemuan antara masyarakat, budaya, dan alam. Lapangan Emerson Grand berubah menjadi panggung raksasa tempat Jawa Barat merayakan identitasnya—dengan bangga, meriah, dan penuh cinta terhadap seni.
Follow Berita Republik Bobotoh di Google News
Penulis: Tim Republik Bobotoh | Editor: Daddy